{"id":5367,"date":"2024-04-08T04:29:36","date_gmt":"2024-04-07T21:29:36","guid":{"rendered":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/?p=5367"},"modified":"2024-04-08T04:29:36","modified_gmt":"2024-04-07T21:29:36","slug":"alasan-tidak-masuk-kerja","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/dunia-kerja\/alasan-tidak-masuk-kerja\/","title":{"rendered":"12 Alasan Tidak Masuk Kerja yang Sesuai Ketentuan"},"content":{"rendered":"\n<p>Sering kali memang seorang karyawan perlu adanya alasan tidak masuk kerja agar bisa mendapatkan cuti. <\/p>\n\n\n\n<p>Bahkan mengenai alasan izin cuti sudah ada undang-undangnya, yaitu <a href=\"https:\/\/kemenperin.go.id\/kompetensi\/UU_13_2003.pdf\" target=\"_blank\" data-type=\"link\" data-id=\"https:\/\/kemenperin.go.id\/kompetensi\/UU_13_2003.pdf\" rel=\"noreferrer noopener nofollow\">UU No. 13 tahun 2003<\/a> mengenai cuti dan waktu istirahat bagi karyawan.<\/p>\n\n\n\n<p>Jadi, Anda jangan pernah merasa takut dan terpaksa berangkat padahal sedang ingin beristirahat dan menikmati hak cuti. <\/p>\n\n\n\n<p>Anda memiliki hak untuk mendapatkan cuti agar bisa istirahat jika tidak memungkinkan untuk berangkat bekerja.<\/p>\n\n\n\n<p>Tapi, jangan pernah mengajukan cuti dengan alasan yang tidak sesuai kenyataan atau bohong, ya.<\/p>\n\n\n\n<p>Jika ingin memberikan alasan tidak masuk kerja, jujur saja agar nanti tidak ada kecurigaan dan Anda masih dihargai sebagai karyawan.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, ingin tahu selengkapnya tentang alasan izin kerja agar atasan tidak marah? Pintarnya punya daftarnya di bawah ini, yuk simak baik-baik!<\/p>\n\n\n\n<div class=\"wp-block-rank-math-toc-block\" id=\"rank-math-toc\" id=\"rank-math-toc\"><h2>Daftar Isi<\/h2><nav><ul><li ><a href=\"#alasan-tidak-masuk-kerja-sebagai-cuti-darurat\">Alasan Tidak Masuk Kerja Sebagai Cuti Darurat<\/a><\/li><li ><a href=\"#alasan-tidak-masuk-kerja-yang-sebaiknya-dihindari\">Alasan Tidak Masuk Kerja yang Sebaiknya Dihindari<\/a><\/li><\/ul><\/nav><\/div>\n\n\n\n<h2 class=\"wp-block-heading\" id=\"alasan-tidak-masuk-kerja-sebagai-cuti-darurat\"><strong>Alasan Tidak Masuk Kerja <strong>Sebagai Cuti Darurat<\/strong><\/strong><\/h2>\n\n\n\n<p>Dalam bekerja tentunya kita harus fokus agar nantinya dapat hasil pekerjaan yang maksimal.<\/p>\n\n\n\n<p>Namun jika ada hal lain yang membuat fokus Anda terganggu, maka tak ada salahnya Anda mengambil waktu istirahat.<\/p>\n\n\n\n<p>Sebab, jika dipaksakan untuk bekerja, justru akan menjadi hal yang tidak baik, sehingga Anda bisa kena tegur atasan atau bahkan sampai mengganggu kinerja rekan lainnya.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, apabila Anda merasa harus melakukan kegiatan darurat\u00a0dan membuat Anda harus mengajukan cuti, langsung saja bicarakan dengan atasan atau HRD perusahaan. <\/p>\n\n\n\n<p>Umumnya, alasan tidak masuk kerja yang logis bisa langsung diterima,\u00a0seperti beberapa alasan berikut ini.<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"1-sakit-atau-kecelakaan\">1. <strong>Sakit atau Kecelakaan<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Tentunya Anda tidak pernah tahu kapan musibah datang. Kadang ketika sudah berhati-hati, bisa saja satu hari Anda mengalami kemalangan dan terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.<\/p>\n\n\n\n<p>Jika demikian, Anda dapat langsung menghubungi pihak perusahaan dan menjelaskan kalau Anda mengalami kecelakaan dan tidak bisa masuk kerja.<\/p>\n\n\n\n<p>Seperti halnya jika merasakan tidak enak badan, seperti demam tinggi hingga sakit parah lainnya. <\/p>\n\n\n\n<p>Tenang, perusahaan tidak memiliki hak untuk memaksa Anda tetap masuk dan memberikan risiko pada kesehatan Anda, lho.<\/p>\n\n\n\n<p>Maka, cutilah dengan memberikan bukti surat dokter bahwa Anda harus beristirahat selama beberapa hari.\u200d<\/p>\n\n\n\n<p><strong>Baca juga: <a href=\"https:\/\/blog.pintarnya.com\/dunia-kerja\/contoh-surat-izin-tidak-masuk-kerja\/\">Contoh surat izin tidak masuk kerja<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"2-nyeri-atau-sakit-haid-yang-parah\"><strong>2. Nyeri atau Sakit Haid yang Parah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Mungkin masih belum banyak perusahaan yang menerapkan cuti tidak masuk kerja karena nyeri atau sakit haid.<\/p>\n\n\n\n<p>Bahkan beberapa karyawan tidak tahu bisa mengajukan cuti ini karena kurangnya pemberitahuan dari perusahaan. <\/p>\n\n\n\n<p>Padahal, jelas dalam <a href=\"https:\/\/www.hukumonline.com\/klinik\/a\/aturan-cuti-haid-cuti-melahirkan-dan-cuti-keguguran-cl3890\/\" target=\"_blank\" data-type=\"link\" data-id=\"https:\/\/www.hukumonline.com\/klinik\/a\/aturan-cuti-haid-cuti-melahirkan-dan-cuti-keguguran-cl3890\/\" rel=\"noreferrer noopener nofollow\">UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 81<\/a> telah mengatur perihal cuti haid.<\/p>\n\n\n\n<p>Bagi wanita yang ketika haid mengalami nyeri perut bahkan seluruh badan merasa sakit, kamu boleh mengajukan cuti selama dua hari. Perusahaan seharusnya tidak menghalangi alasan ini jika kamu mengajukannya.\u200d<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"2-kontrol-untuk-melakukan-pemeriksaan-dengan-dokter\"><strong>3. Jadwal Pemeriksaan Kesehatan<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Untuk melakukan penjadwalan pemeriksaan kesehatan dengan dokter tentu saja tidak bisa dilakukan secara mendadak, kecuali memang sudah begitu dekat dengan dokter tersebut.<\/p>\n\n\n\n<p>Bahkan, jika kenal pun, jadwal dokter biasanya padat dan tidak bisa melayani secara spesial dengan mengubah jadwal periksa semau kita.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, ketika Anda memiliki janji temu dengan dokter, Anda dapat menjadikan ini sebagai alasan tidak masuk kerja yang logis.<\/p>\n\n\n\n<p>Alasan ini seharusnya cukup darurat dan sangat masuk akal jika memang perusahaan mematuhi aturan untuk memberikan karyawan waktu cuti sesuai prosedur. <\/p>\n\n\n\n<p>Anda pun dapat memberikan surat dokter sebagai bukti tambahan dalam mengajukan cuti.\u200d<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"4-keguguran-atau-melahirkan\"><strong>4. Keguguran atau Melahirkan<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Setelah mengalami kehilangan tentu menjadi momen yang tidak bisa membuat seseorang fokus bekerja.<\/p>\n\n\n\n<p>Jangankan fokus mengerjakan tugas, untuk berpikir logis saja kadang susah.<\/p>\n\n\n\n<p>Keguguran adalah hal yang dapat menjadi alasan cuti kerja, dan perusahaan wajib memberikan cuti panjang kepada karyawan yang bersangkutan.<\/p>\n\n\n\n<p>UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 82 Ayat (2) telah mengatur dengan jelas bahwa karyawan yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti selama 1,5 bulan atau sesuai anjuran dokter, lho.<\/p>\n\n\n\n<p>Jadi, jika perusahaan tidak memberikan hak tersebut ke karyawan yang mengalami keguguran, Anda dapat menuntut sebagaimana aturan dalam UU tersebut.<\/p>\n\n\n\n<p>Namun berbeda ketika seseorang melahirkan, ia berhak mendapatkan cuti yang lebih lama, yaitu 1,5 bulan sebelum hari kelahiran dan 1,5 bulan setelah melahirkan. <\/p>\n\n\n\n<p>Nah, catat ya, aturan itu telah tertuang pada ayat (1) dengan pasal yang sama.\u200d<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"5-bencana-alam\"><strong>5. Mengalami Bencana Alam<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Sebagaimana ketika Anda mengalami kecelakaan, bencana alam pun tidak dapat diprediksi kapan datangnya. <\/p>\n\n\n\n<p>Gempa bumi dan banjir adalah contoh bencana alam yang bisa terjadi kapan saja, apalagi ketika musim hujan dan Anda tinggal di daerah yang rawan terkena banjir.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, jika ternyata tempat tinggal Anda menjadi daerah yang mudah terkena aliran arus banjir, Anda berhak menjadikan ini sebagai alasan cuti kerja secara darurat. \u200d<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"6-umrah-atau-haji\"><strong>6. Umrah atau Haji<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Berdasarkan UU Ketenagakerjaan Pasal 93 Ayat (2), ketika ada karyawan yang melaksanakan ibadah umrah atau haji, perusahaan wajib membayar upah karyawan secara penuh, lho. <\/p>\n\n\n\n<p>Tak hanya itu, perusahaan juga wajib memberikan cuti maksimal selama 50 hari atau sesuai kesepakatan bersama.<\/p>\n\n\n\n<p>Hal tersebut selaras dengan hak karyawan yang dijamin untuk mendapatkan momen pelaksanaan ibadah sesuai dengan agamanya.<\/p>\n\n\n\n<p><strong>Baca juga: <a href=\"https:\/\/blog.pintarnya.com\/profesi\/perilaku-kerja-prestatif\/\" data-type=\"post\" data-id=\"7559\">Perilaku Kerja Prestatif Kebutuhan Setiap Perusahaan Masa Kini<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"7-menikah\"><strong>7. Menikah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Nah, alasan lain yang dapat Anda gunakan untuk mengajukan cuti kerja adalah menikah.\u00a0<\/p>\n\n\n\n<p>Cuti menikah\u00a0sendiri sebenarnya sudah diatur dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 29 ayat 2 (c) dan 4 (a).<\/p>\n\n\n\n<p>Dalam aturan tersebut dijelaskan setiap karyawan punya hak mendapatkan cuti menikah selama 3 hari berturut-turut.<\/p>\n\n\n\n<p>Dengan rincian 1 hari sebelum menikah, 1 hari di hari pernikahan, dan 1 hari setelah menikah.<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"8-hujan-lebat-disertai-petir\"><strong>8. Hujan Lebat Disertai Petir<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Kondisi cuaca ekstrim yang tidak memungkinkan untuk berangkat bekerja juga bisa menjadi alasan mengajukan cuti, lho.<\/p>\n\n\n\n<p>Adapun kondisi cuaca ekstrim yang dimaksud seperti hujan lebat disertai petir yang berakhir banjir.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, jika Anda terjebak dalam kondisi ini, Anda dapat mengajukan cuti dengan alasan hujan lebat yang disertai petir.<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"9-mengurus-dokumen-penting\"><strong>9. Mengurus Dokumen Penting<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Alasan yang dapat Anda gunakan untuk izin tidak masuk kerja berikutnya adalah mengurus dokumen penting yang bersifat mendesak. <\/p>\n\n\n\n<p>Seperti misalnya mengurus perpanjangan SIM, STNK, KTP, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, dan lainnya.<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"10-bertemu-klien-di-luar-kantor\"><strong>10. Melakukan Pertemuan dengan Klien di Luar Kantor<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Anda harus menemui klien di luar kantor? <\/p>\n\n\n\n<p>Nah, hal ini juga bisa menjadi alasan tidak masuk kerja agar bos tidak marah. <\/p>\n\n\n\n<p>Sebenarnya banyak perusahaan yang memberikan izin untuk pertemuan di luar kantor. <\/p>\n\n\n\n<p>Biasanya Anda boleh masuk setengah hari atau bahkan seharian bila memang itu yang diperlukan. <\/p>\n\n\n\n<p>Namun, pastikan juga dengan melihat lagi kebijakan kantor masing-masing, ya.<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"11-sedang-berada-di-kampung-halaman\"><strong>11. Sedang Berada di Kampung Halaman<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Berada di kampung halaman dan belum mendapatkan tiket untuk kembali ke tempat bekerja juga bisa jadi alasan untuk tidak masuk kerja, lho.<\/p>\n\n\n\n<p>Dalam hal ini Anda dapat menjelaskannya dengan baik kepada HRD dan atasan di kantor. <\/p>\n\n\n\n<p>Selama Anda menyampaikan alasannya secara logis, pasti alasan tersebut diterima.<\/p>\n\n\n\n<h3 class=\"wp-block-heading has-medium-font-size\" id=\"12-berkaitan-dengan-keluarga\"><strong>12. Berkaitan dengan Keluarga<\/strong><\/h3>\n\n\n\n<p>Untuk alasan cuti yang ini mungkin akan terdengar sedikit klise. <\/p>\n\n\n\n<p>Tapi, cuti mengurus urusan keluarga sebenarnya sudah tertuang dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 93 ayat 4.<\/p>\n\n\n\n<p>Di sana telah dirincikan berapa lama cuti yang berhak Anda dapatkan.<\/p>\n\n\n\n<p>Urusan keluarga tersebut meliputi:<\/p>\n\n\n\n<ul>\n<li>Karyawan menikah, mendapatkan cuti 3 hari<\/li>\n\n\n\n<li>Menikahkan anak, mendapatkan cuti 2 hari<\/li>\n\n\n\n<li>Menghitankan anak, mendapatkan cuti 2 hari<\/li>\n\n\n\n<li>Membaptis anak, mendapatkan cuti 2 hari<\/li>\n\n\n\n<li>Istri melahirkan atau keguguran, mendapatkan cuti 2 hari<\/li>\n\n\n\n<li>Suami\/istri, orang tua\/mertua, anak, atau menantu meninggal dunia, mendapatkan cuti 2 hari<\/li>\n\n\n\n<li>Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal, mendapatkan cuti selama 1 hari<\/li>\n<\/ul>\n\n\n\n<h2 class=\"wp-block-heading\" id=\"alasan-tidak-masuk-kerja-yang-sebaiknya-dihindari\"><strong>Alasan Tidak Masuk Kerja yang Sebaiknya Dihindari<\/strong><\/h2>\n\n\n\n<p>Sebenarnya, jika alasan tidak masuk kerja cukup logis, pasti atasan Anda akan memberikan izin dalam beberapa hari. <\/p>\n\n\n\n<p>Apalagi jika Anda dapat melampirkan bukti berdasarkan alasan izin tersebut.<\/p>\n\n\n\n<p>Tapi jangan pernah memberikan alasan tidak logis bahkan cenderung kurang pantas hanya untuk mendapatkan izin tidak masuk kerja.<\/p>\n\n\n\n<p>Misalnya, Anda tidak masuk kerja karena bangun kesiangan, mobil atau motor mogok. Padahal telat tidak masalah, asalkan ada konfirmasinya dulu.<\/p>\n\n\n\n<p><strong>Baca juga: <a href=\"https:\/\/blog.pintarnya.com\/dunia-kerja\/contoh-alasan-resign-yang-masuk-akal\/\" data-type=\"post\" data-id=\"4583\">15 Contoh Alasan Resign yang Masuk Akal yang Bisa Digunakan<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n<p>Jangan pernah beralasan tidak masuk kerja karena mengikuti interview pada perusahaan lain. Nanti malah bisa kena pecat.<\/p>\n\n\n\n<p>Anda juga tidak boleh memberikan alasan biar tidak masuk kerja karena seragam atau pakaian kerjanya masih basah karena sejak kemarin hujan.<\/p>\n\n\n\n<p>Dan jangan pernah meminta izin tidak masuk kerja karena kelelahan karena kemarin pulang malam di sebuah acar. Itu sama sekali tidak sopan.<\/p>\n\n\n\n<p>Sekarang Anda sudah bekerja, tandanya telah dewasa karena sudah tahu mana yang perlu <a href=\"https:\/\/blog.pintarnya.com\/keahlian-kerja\/tujuan-menyusun-skala-prioritas\/\" target=\"_blank\" data-type=\"post\" data-id=\"10707\" rel=\"noreferrer noopener\">diprioritaskan<\/a>. <\/p>\n\n\n\n<p>Maka, pastikan jika ingin cuti, berikan alasan tidak masuk kerja yang logis dan dalam keadaan penting saja.<\/p>\n\n\n\n<p><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"<p>Sering kali memang seorang karyawan perlu adanya alasan tidak masuk kerja agar bisa mendapatkan cuti. [&hellip;]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":22319,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"site-sidebar-layout":"default","site-content-layout":"","ast-site-content-layout":"default","site-content-style":"default","site-sidebar-style":"default","ast-global-header-display":"","ast-banner-title-visibility":"","ast-main-header-display":"","ast-hfb-above-header-display":"","ast-hfb-below-header-display":"","ast-hfb-mobile-header-display":"","site-post-title":"","ast-breadcrumbs-content":"","ast-featured-img":"","footer-sml-layout":"","theme-transparent-header-meta":"","adv-header-id-meta":"","stick-header-meta":"","header-above-stick-meta":"","header-main-stick-meta":"","header-below-stick-meta":"","astra-migrate-meta-layouts":"set","ast-page-background-enabled":"default","ast-page-background-meta":{"desktop":{"background-color":"","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"tablet":{"background-color":"","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"mobile":{"background-color":"","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""}},"ast-content-background-meta":{"desktop":{"background-color":"var(--ast-global-color-5)","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"tablet":{"background-color":"var(--ast-global-color-5)","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"mobile":{"background-color":"var(--ast-global-color-5)","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""}},"footnotes":""},"categories":[144],"tags":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5367"}],"collection":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/16"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=5367"}],"version-history":[{"count":3,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5367\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":22320,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5367\/revisions\/22320"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/22319"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=5367"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=5367"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=5367"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}