{"id":2807,"date":"2022-11-11T10:07:01","date_gmt":"2022-11-11T03:07:01","guid":{"rendered":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/?p=2807"},"modified":"2022-11-11T10:07:04","modified_gmt":"2022-11-11T03:07:04","slug":"risiko-berbohong-di-cv","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/lamar-kerja\/risiko-berbohong-di-cv\/","title":{"rendered":"Risiko Berbohong di CV beserta Kerugian yang Hadir"},"content":{"rendered":"\n

Risiko berbohong di CV sebenarnya tidak terlalu banyak dipahami pelamar kerja. Tidak heran jika menurut pendataan, sekitar 75% orang kemudian mencoba berbohong. Terutama supaya bisa lolos dan menerima posisi pekerjaanya.<\/p>\n\n\n\n

Mungkin hal ini juga disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri. Wajar apabila berusaha menambahkan pengalaman kerja maupun organisasi yang pernah diikuti. Begitu juga jenjang pendidikan sampai skill yang sudah dimiliki.<\/p>\n\n\n\n

Mencoba menarik perhatian HRD sebenarnya harus dilakukan dengan positif. Pastinya setiap risiko berbohong di CV ternyata memiliki kerugian terburuk. Jadi, penting untuk selalu menghindarinya disebabkan dampaknya negatif.<\/p>\n\n\n\n

Kalau membicarakan data terbanyak yang menjadi ladang pemalsuan, tentunya skill. Terutama karena sudah memahami kalau pada masa sekarang kemampuan menjadi keutamaan. Wajar jika berusaha ditingkatkan dan dimaksimalkan.<\/p>\n\n\n\n

Disebabkan karena bisa menjadi cerminan, penting jangan sampai terdapat kepalsuan sedikitpun. Terlebih karena nantinya akan digunakan dalam waktu lama. Kalau sampai terbongkar bukan hanya dipecat tapi lebih besar ruginya.<\/p>\n\n\n\n

Baca juga: Mengenal Etika Mengirim CV Lewat Email yang Benar<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Berbagai Kerugian dan Risiko Berbohong di CV Terburuk<\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Menurut pengalaman rekruter, sebenarnya berbohong bukan selalu salah jika dilakukan. Meski begitu kalau terlalu banyak dan benar-benar palsu tidak boleh. dilakukan. Terlebih karena sumber data akan diperiksa recruiter.<\/p>\n\n\n\n

1. Rusaknya Reputasi<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Kerugian pertama apabila memasukkan kepalsuan pada curriculum vitae yakni risiko rusaknya reputas<\/a>i. Perusahaan apapun selalu berusaha untuk menjunjung sisi kejujuran. Tidak heran jika ketahuan memalsukan suatu data mustahil diterima.<\/p>\n\n\n\n

Reputasi memburuk menjadi risiko berbohong di CV karena sulit dimaafkan. Apalagi jika ternyata baru masuk dalam tahapan rekrutmen awal tersebut. Reputasi bisa semakin buruk karena terkena blacklist dari perusahaan.<\/p>\n\n\n\n

Kalaupun ingin melamar lagi untuk masa mendatang, kemungkinan tidak mungkin lolos. Bahkan berpeluang otomatis gugur atau gagal setelah memberi lamaran. Reputasi yang sudah memburuk tentunya menyebabkan kesulitan mencari kerja.<\/p>\n\n\n\n

2. Pemecatan<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Risiko berbohong di CV terburuk lainnya adalah mengalami pemecatan. Mungkin saja saat prosedur rekrutmen tidak ketahuan dan dianggap bagus. Kemudian bisa diterima padahal terdapat fakta bohong bahkan beberapa kepalsuan lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Hal semacam ini tidak dapat diterima karena menghilangkan kandidat jujur. Tentunya ada kemungkinan langsung dipecat hari itu juga apabila berbohong. Tidak heran jika jangan sampai memalsukan apapun bahkan dari awalnya.<\/p>\n\n\n\n

Buruknya kerugian berbohong pada curriculum vitae tersebut juga bisa memaksa untuk mengundurkan diri. Hasilnya penting supaya mempertahankan pada sisi kejujuran. Hasilnya diterima karena usaha dan skill yang dimiliki.<\/p>\n\n\n\n

3. Perasaan Takut Terus Menerus<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Adanya perasaan takut terus menerus tentunya menjadi risiko berbohong di CV terburuk lainnya. Apalagi kemungkinan besar terdapat berasaan kurang senang. Belum lagi dengan jiwa positif keluar dan tidak ingin berbohong.<\/p>\n\n\n\n

Terlebih apabila informasi di dalamnya banyak palsu atau kurang benar. Bisa saja terdapat pikiran cepat atau lambat ternyata terbongkar HRD. Tentu waktu kapanpun seperti sekarang, besok, lusa dan sebagainya terbongkar.<\/p>\n\n\n\n

Anda tidak tahu kapan HRD menemukan fakta sebenarnya dari CV. Saat bekerja sekalipun tidak produktif dan selalu kehilangan fokus di dalamnya. Jadi, semakin mudah ketahuan karena mentalnya juga berpeluang kena.<\/p>\n\n\n\n

Pastinya risiko bohong di CV satu ini berbahaya disebabkan bayangan selalu muncul. Walaupun bisa bertahan bekerja lama sekalipun setiap hari akan terbayang. Selain fokus, melakukan interaksi juga semakin menurun hasilnya.<\/p>\n\n\n\n

4. Kebohongan Tidak Berhenti<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Terakhir, tentunya terdapat kemungkinan jika kebohongan tidak berhenti dalam waktu panjang. Apalagi karena bisa saja menjadi candu yang tidak terbendung. Wajar apabila terus berlanjut sehingga efeknya semakin lama tambah memburuk.<\/p>\n\n\n\n

Untuk risiko berbohong di CV satu ini sebenarnya dirasakan mudah berkembang. Terutama karena kebiasaan tersebut termasuk mudah dilakukan. Tidak heran jika kemudian diteruskan bahkan semakin lama kebohongan di dalamnya membesar.<\/p>\n\n\n\n

Jadi, penting supaya selalu mempertimbangkan menghindari walaupun kecil. Terlebih karena kemungkinan bisa terus berulang dengan berjalannya waktu. Anda harus jujur sebanyak mungkin supaya terbiasa terutama dalam bekerja.<\/p>\n\n\n\n

Semua kekurangan yang dihadirkan tersebut membuat kita harus selalu merasa waspada. Pastinya jangan sampai terdapat suatu kekurangan saat menambahkan pada dokumen lamaran. Walau tidak diniatkan sekalipun jangan ditambahkan.<\/p>\n\n\n\n

Hal ini menandakan kalau penting supaya mengecek lebih jeli dan banyak. Tidak lain karena agar manfaat dan kelengkapannya sesuai aslinya. Jadi, tidak perlu ada permasalahan apabila diberikan pada dokumen lamarannya.<\/p>\n\n\n\n

Biasanya dokumen semacam ini akan dibuat banyak jika dikirimkan pada suatu posisi lamaran perusahaan. Tidak heran jika harus sempurna sebelum diberikan. Hasilnya menghindari setiap risiko berbohong di CV yang berbahaya.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Risiko berbohong di CV sebenarnya tidak terlalu banyak dipahami pelamar kerja. Tidak heran jika menurut […]<\/p>\n","protected":false},"author":6,"featured_media":2808,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"site-sidebar-layout":"default","site-content-layout":"","ast-site-content-layout":"","site-content-style":"default","site-sidebar-style":"default","ast-global-header-display":"","ast-banner-title-visibility":"","ast-main-header-display":"","ast-hfb-above-header-display":"","ast-hfb-below-header-display":"","ast-hfb-mobile-header-display":"","site-post-title":"","ast-breadcrumbs-content":"","ast-featured-img":"","footer-sml-layout":"","theme-transparent-header-meta":"","adv-header-id-meta":"","stick-header-meta":"","header-above-stick-meta":"","header-main-stick-meta":"","header-below-stick-meta":"","astra-migrate-meta-layouts":"default","ast-page-background-enabled":"default","ast-page-background-meta":{"desktop":{"background-color":"","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"tablet":{"background-color":"","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"mobile":{"background-color":"","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""}},"ast-content-background-meta":{"desktop":{"background-color":"var(--ast-global-color-5)","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"tablet":{"background-color":"var(--ast-global-color-5)","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""},"mobile":{"background-color":"var(--ast-global-color-5)","background-image":"","background-repeat":"repeat","background-position":"center center","background-size":"auto","background-attachment":"scroll","background-type":"","background-media":"","overlay-type":"","overlay-color":"","overlay-gradient":""}},"footnotes":""},"categories":[139],"tags":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2807"}],"collection":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/6"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=2807"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2807\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/2808"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=2807"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=2807"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/blog.pintarnya.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=2807"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}